Sabtu, 02 Agustus 2008

Standar dokumentasi Sangkar Studio

Semua usaha sejenis yang ada di Indonesia pasti mempunyai "gaya" atau standar liputan tersendiri dan itu biasanya menjadi menu rahasia. Bagi kami standar liputan bukanlah sebuah bumbu rahasia sebab sentuhan seni videografi dibentuk dari paduan kemampuan teknis, pengalaman, dan improvisasi. Ini tidak semua orang memilikinya. Bagaimana membuat konsumen apresiatif dengan produk VCD, DVD, atau BlueRay yang kami hasilkan adalah tantangan menyegarkan bagi kami. Terkadang banyak liputan amatir lain yang mengiklankan jumlah durasi/jumlah keping CD mereka lebih banyak, bahkan ada liputan pernikahan satu hari yang menghasilkan 8 keping CD...(wah sepertinya akan sangat membosankan menontonnya).









Sangkar Studio mencoba menyentuh segmen pasar tertentu dan mereka penikmat karya seni, tentunya jumlah keping CD menjadi relatif. Kadangkala kami hanya menghasilkan satu keping berdurasi 1,5 jam saja dari liputan satu hari tapi semuanya kami kemas dengan rapih, beralur, dan menyentuh. Pengalaman kami dalam event produksi sinetron, cerita pendek, dan film dokumenter telah membentuk pangsa pasar tersendiri. Harga merupakan nilai relatif, tapi karena orang menilai kami pekerja seni akhirnya harga adalah ekspresi kepuasan dari konsumen terhadap karya yang dihasilkan. Untuk konsep liputan seperti ini terkadang hardware tidak menjadi parameter harga. Canon XL-1 atau bahkan XL-H yang kami punya tidak lebih berharga dari sebuah handycam kecil. Totalitas crew kami dalam penggarapan sebuah project menjadikan nilai tersendiri bagi Sangkar Studio. Script, skenario, improvisasi, dan outline keinginan konsumen telah menjadi standar panduan utama bagi juru kamera dan editor kami. Tak jarang konsumen dengan senang hati ikut terlibat dalam pengeditan berhari-hari demi kepuasan dan keingintahuan dapur produksi Sangkar Studio.



Selalu ada tuntutan eksperimen dan improvisasi, hingga setiap event sejenispun selalu disajikan dengan berbeda. Di sisi lain ada semacam tanggung jawab moral bahwa produk dokumentasi kami harus bisa merekatkan tali kasih mereka seabadi dan seromantik mungkin. Akhirnya produk kami adalah sebuah "eksklusifitas dan bernilai abadi".

Untuk liputan foto, seperti halnya video kami lebih menitik beratkan pada liputan kejadian atau moment menarik sesaat (snapshot). Untuk meliput kejadian ini tidaklah begitu membutuhkan sebuah hardware yang high-class tapi dituntut kejelian dan pengalaman fotografer dalam melirik sebuah moment. Dibutuhkan pengalaman fotografi-jurnalistik yang cukup untuk spontan mengabadikan kejadian satu detik. Maaf-maaf lebih banyak konsumen yang sangat apresiatif dengan kondisi object seadanya dan spontan dibanding moment yang sengaja dibentuk. Beberapa konsumen bahkan banyak yang memilih mencetak foto format lebar untuk kejadian yang "aneh"...saat menangis, saat menggaruk kepala istrinya, saat bajunya terkait kursi..dll. Terkadang aneh juga ada orang yang berani membayar lebih untuk pekerjaan sesederhana yang kami lakukan tapi itulah anugrah dan buah bagi kemampuan dan ketekunan kami. Fotografi buat kami adalah seni menyampaikan rentang kejadian dalam satu frame (satu frame harus bicara banyak) dan harus bersifat natural adapun efek-efek manipulasi digital, retouching, dan hardware tambahan hanyalah untuk mendramatisir pesan ke-natural-an itu sendiri. Terlalu berlebihan pun norak juga, ya analoginya seperti seorang perempuan dandan berlebihan hingga menghilangkan casing aslinya.








Senin, 30 Juni 2008

Sekelumit tentang SANGKAR

Pada awalnya kami hanyalah sebuah kelompok “ngobrol” kecil yang kebetulan mempunyai hobi sama yaitu petualangan. Mendaki gunung dan menjelajah belantara inilah hobi pertama yang “menyeret” kami kedalam hobi kedua yaitu pesona gambar diam dan gambar hidup. Kami selalu tertantang dengan ide-ide baru untuk mengembangkan berbagai kemampuan terutama yang berhubungan dengan dua hobi diatas. Personil SANGKAR sendiri merupakan orang-orang yang menyukai dan menekuni dunia tersebut baik secara otodidak, akademik, maupun kursus formal. Atas dasar animo dari “konsumen”, pada tahun 2004 didirikanlah SANGKAR STUDIO sebagai wadah kreatifitas kecil dalam bentuk usaha. Dengan segala kemampuan dan kekurangan yang ada, kami beranikan diri untuk mencoba menawarkan kepada para klien dalam hal pembuatan dokumentasi video dan fotografi. Alhamdulillah.. mulai liputan kelas RT/RW sampai project dengan klien selevel Menteri pernah kita kerjakan.



Lambat laun pasar kami tidak terbatas hanya pada produk dokumentasi saja, design grafis, instalasi jaringan, pembuatan program-program sederhana, dan perakitan komponen-komponen elektronik untuk peralatan foto dan videografi, menjadi bidang usaha yang lain. Sebagai contoh peralatan wireless mic kamera video yang kami pergunakan adalah hasil rakitan sendiri, yang tak kalah dengan produk standar yang ada di pasaran, bahkan dalam sisi tetentu lebih unggul. Bahkan switching video (semimixer) pun kami rakit sendiri. Sumber daya yang ada pada kami memang mendukung untuk itu. Crew kami walaupun semuanya kerja paruh waktu tapi dengan keahlian dan dedikasinya mampu menjaga kualitas produk yang kami hasilkan. Paling tidak setahun satu kali dengan pembiayaan sendiri kami selalu membuat sebuah dokumenter fokusnya tidak pernah lepas dari masalah konservasi alam dan kearifan budaya tradisional. Ya itulah susahnya menggeluti hoby, terkadang tanpa sponsor pun kita jalani. Hasilnya ya hanyalah sebagai pengisi lemari kecil perpustakaan Sangkar Studio. Demikian sekelumit tentang Sangkar Studio, petualang dan penjelajah alam bebas yang menyukai foto dan videografi. Karena basic-nya hobby dalam kesehariannyapun seolah tidak begitu membutuhkan managemen khusus dalam marketing, secara bergurau dikatakan "ada nasabah atau tidak Bank kami tetap beroperasi"



Siapa saja yang pernah diliput SANGKAR

Gambar disamping ini adalah beberapa orang tokoh dari berbagai kalangan yang pernah menjadi klien liputan SANGKAR Studio baik langsung maupun sebagai bintang tamu dalam satu acara dimana kami dipercayakan untuk mengabadikan moment tersebut. Sebetulnya masih banyak tokoh yang lain, tapi beberapa orang memang tidak mau diekspos untuk advertising kami, namun secara bertahap kami akan mengupload contoh dokumentasinya.

Beberapa instansi yang pernah menjadi klien kami :
1. RSD Ciawi - Kab. Bogor
2. IDI Kota Depok
3. IDI Kab. Bogor
4. Yayasan Zelani Al Mansyur
5. DINSOS - Jabar - Bandung
6. PLN Regional Jawa Barat
7. PT Intani Kencana - Jakarta
8. PT Otsuka Indonesia - Jakarta
9. Yayasan GAZZA - Bogor
10. Sanggar Teater Yati - Bogor
11. Dinas Kehutanan Jawa Barat
12. Institut Teknologi Bandung
13. PT Agrolayung Ecotourism - Lampung
14. Citra Seni Sunda - Bogor
15. Institut Pertanian Bogor
16. Pemda Cianjur
17. Pemda Sukabumi

Kamis, 05 Juni 2008

Produk Dokumenter yang pernah di buat


    • Menyusuri Setapak, dokumenter 14 episode tentang ekspedisi arkeologi dan anthropologi di 8 tempat. Diajukan untuk acara TV (2002)
    • Dodod Angklung, dokumenter tentang kesenian sunda kuno di Pandeglang, Prov. Banten.
    • Kampung Banceuy, dokumenter tentang kampung adat Banceuy di Subang, Jawa barat
    • Terjerumus, film pendek untuk Indie Film Festival
    • Yogyakarta menangis, liputan jurnalistik tentang gempa Yogya
    • Hutan Memanggil Kembali, dokumenter tentang eksplorasi Rafflesia rochusenii di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dikirimkan untuk Festival Film Indonesia 2006.
    • Kembang Pasir Laut Selatan, cinema lepas satu episode, pkerjasama Lativi, Sanggar Yati, dan Sangkar Studio
    • Dll




Dodod angklung - Crying Yogya





Rabu, 04 Juni 2008

Tentang kecintaan saya terhadap alam, petualangan dan foto-videografi

Awal tertarik dengan kegiatan alam bebas sepertinya karena masa kecil saya tinggal di daerah yang dikelilingi pegunungan. Salah satu kota di Jawa barat yang terkenal dengan tahu goreng panasnya dan Gunung Tampomas kota itulah yang mempengaruhi jiwa adventure saya. Selepas SMA saya merantau ke kota hujan untuk mencari pengalaman di sebuah PTN di sana, kegiatan adventure semakin menggila apalagi jurusan yang dipilih sangat erat kaitannya dengan kegiatan lapang/keluar masuk hutan. Disinilah pematangan karakter jiwa adventure saya terasah untuk lebih memahami arti mencintai alam yang ternyata berhubungan erat dengan mata pencaharian yang digeluti sekarang (SANGKAR : SAUNG KARUHUN). Pada tahap ini saya mulai menggeluti fotografi dan videografi secara otodidak, semata-mata hanya untuk hobby. Selain penggila kegiatan adventure saya juga seorang pecinta kesenian sunda tradisional : seni cianjuran, reog, calung, kuda renggong, seni terbangan, pokoknya seni yang berbau-bau kuno dan hampir punah itulah yang dicari.











Mungkin kesenangan ini menurun dari leluhurnya yang trah Wiradikarta yang hampir semuanya pecinta seni. Kebetulan mendiang bapak saya sendiri (M Apin Kamil Wiradikarta) adalah seorang guru musik yang cukup disegani pada eranya di Kabupaten Sumedang.
Sepuluh tahun kemudian ternyata hobby ini bisa menjadi tiang ekonomi kedua.Terutama foto-video wedding, Company Profile, dan foto-video kegiatan alam bebas, studio saya seringkali memproduksi sendiri video dokumenter tentang wilderness untuk koleksi sendiri...tapi pernah juga diikutsertakan pada FFI (Festival Film Indonesia 2006) judulnya :


Hutan Memanggil Kembali - Kampung Banceuy